Sabtu, 07 Januari 2017

Seperti Apa Rupa Jurang di Bawah Laut Banda?

Seperti Apa Rupa Jurang di Bawah Laut Banda?

Akhyari Hananto

Seperti Apa Rupa Jurang di Bawah Laut Banda?

Perairan Indonesia memiliki dua palung yang sangat dalam. Palung Laut Banda dan Palung Jawa di Samudera Hindia. Palung Jawa dalamnya 2500 meter sampai 5000 meter dari permukaan laut. Sedangkan yang paling dalam adalah Palung Laut Banda dengan kedalaman lebih dari 7000 meter. Apa itu palung? Palung adalah jurang yang terletak di dasar laut. Palung Laut Banda terletak di sebelah tenggara Pulau Banda atau di sebelah barat Kepulauan Kei.

Palung Laut Banda terbentuk karena pertemuan tiga lempeng kulit bumi, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia , dan lempeng Pasifik .Selain lautnya sangat dalam, di sini juga sering terjadi gempa. Gempa cukup besar dengan 8,5 Skala Richter pernah terjadi pada 1 Februari 1928 dan mengakibatkan tsunami setinggi 1,5 meter.

Gambar gelap pada peta ini menunjukkan daerah laut dalam Palung Laut Banda. Sumber peta: bakosurtanal.go.id 

Baca Juga

Gelap Gulita

Seperti apa rupa jurang laut Banda?

Semua masih misterius. Tak seorang pun pernah melihat dasar laut karena palung ini sangat dalam dan keadaannya gelap gulita. Sinar matahari tak mungkin sampai ke dasar laut dan hanya menembus permukaan laut sampai sekitar 150 meter.Seorang penyelam juga tak akan mampu menyelam sedalam 7000 meter dan menahan tekanan laut atau hidrostatik sebesar 700 kilogram per-sentimeter persegi.

Ekspedisi Snellius

Pada tahun 1929-1930, pemerintah kolonial Belanda mengadakan riset kelautan di daerah ini dengan menggunakan kapal HMS Willebrord Snellius. Dalam ekspedisi Snellius ini, para peneliti kelautan berhasil meneliti kedalaman laut Banda dan berhasil menetapkan bagian terdalam Palung Laut Banda, yaitu 7440 meter. palungGambar ini menunjukkan penampang kulit bumi, mulai dari daratan, laut, gunung, juga palung atau jurang laut.

Seperti kita ketahui, untuk mengukur kedalaman laut, peneliti menggunakan alat pengukur echo sounder . Prinsip kerja alat ini adalah mengeluarkan gelombang suara, lalu menangkap kembali gelombang suara setelah dipantulkan oleh dasar laut.

Ekspedisi Galathea

Bagaimana keadaan di dasar palung? Apakah di sana ada makluk hidupnya? Pada tahun 1951, sebuah ekspedisi ilmiah dari Denmark dengan menggunakan kapal Galathea berlayar ke Laut Banda. Dengan menggunakan alat khusus untuk mengambil lapisan tanah yang diturunkan dengan kabel baja, Galathea mencoba merogoh dasar palung dan membawa naik contoh tanah dan makluk di atasnya.

Hasilnya sangat istimewa.

Untuk pertama kalinya, para peneliti melihat langsung makluk-makluk misterius penghuni laut dalam. Selain itu, dalam penelitian itu juga diketahui, endapan di dasar laut Banda berupa tanah lempung halus, suhu air di dasar laut sekitar 3 derajat Celsius, terdapat oksigen meskipun berkadar sangat rendah.

Makluk Misterius

Makluk yang berhasil diangkat dari kedalaman lebih dari 7000 meter itu, antara lain sejenis teripang Paroriza gravei , jenis cacing Macellicephalus hadalis , isopoda atau serangga laut Macrostylis hadalis dan Leptanthura hendili , dan hewan mirip laba-laba Nympon femorale . Untuk keperluan penelitian ilmiah selanjutnya, makluk-makluk misterius dari laut dalam Palung Laut Banda itu kini telah diawetkan dan disimpan di Museum Zoologi Kopenhagen .Meskipun penemuan tersebut sangat berharga, namun mata rantai kehidupan di kedalaman Palung Laut Banda itu sampai sekarang pun masih gelap gulita.

Google menganggap gelar sarjana bukanlah jalan satu-satunya bagi seseorang untuk menunjukkan bakatnya

Gelar Sarjana Tak Mutlak Bagi Karyawannya

 Paulus Risang

Gelar sarjana di Indonesia sering dianggap sebagai syarat mutlak bagi kesuksesan seseorang di masa depan. Seakan tanpa gelar akademis di tangan kesempatan untuk masuk ke perusahaan bergengsi dan mengejar karir yang menjanjikan pun tertutup dengan serta merta.

Tapi tahukah kamu jika Google, salah satu perusahaan multinasional terbesar yang punya kantor keren di Jakarta yang pernah Hipwee bahas di artikel ini justru tidak begitu mementingkan gelar sarjanamu? Salah satu petinggi Google sekaligus kepala rekrutmennya, Laszlo Bock, mengungkapkan bahwa nilai akademik dalam ijazah sarjanamu tidak bisa serta-merta memberikan gambaran potensimu sebagai karyawan. Jadi, IPK 4 sempurna bukan jaminan kamu bisa bergabung ke perusahaan ini.

Lantas, apa saja sih yang dilihat perusahaan sekaliber Google dari kandidatnya selain gelar perguruan tinggi?

1. Google menganggap gelar sarjana bukanlah jalan satu-satunya bagi seseorang untuk menunjukkan bakatnya.

Gak perlu gelar untuk menunjukkan bakatmu. viawww.businessinsider.com.au

“Saat orang yang tidak mengenyam bangku sekolah bisa berhasil dalam hidupnya, berarti dia adalah orang yang istimewa. Kita perlu melakukan yang terbaik untuk bisa menemukan lebih banyak orang-orang seperti ini.”


Bagi Google gelar sarjana bukan segalanya, memang tentu saja di dalam perusahaan ini bertebaran orang-orang dengan gelar Ivy League mentereng. Tapi, Google sendiri tidak menganggap itu sebagai sesuatu yang mutlak.

David Byttow, seorang Google Engineer menungkapkan ceritanya dalam lamanMedium pribadinya tentang bagaimana ia bisa diterima di Google meski tanpa mengantungi gelar Sarjana,

“Sebenarnya aku ingin kuliah tapi sayang GPA (nilai, setara dengan IPK) SMA ku termasuk rendah untuk dapat diterima di universitas. Akhirnya aku memilih masuk ke universitas kecil di kotaku dan berharap bisa masuk ke universitas yang lebih bergengsi di semester berikutnya.

Tapi pada 2 semester selanjutnya ada tawaran pekerjaan untuk mengerjakan sebuah game online di perusahaan kecil. Aku rasa itu bisa jadi pendongkrak karirku, maka aku memilih untuk keluar kuliah dan fokus bekerja. Semenjak itu aku benar-benar belajar semuanya secara otodidak. Dari orang-orang yang berpengalaman aku belajar bagaimana cara menghadapi masalah dengan tenang. Aku juga belajar bahwa tidak ada artinya merencanakan sesuatu tanpa membuatnya secara langsung.

5 tahun kemudian aku mencoba melamar ke Google. Setelah proses tes dan wawancara yang panjang akhirnya aku diterima.”


2. Alih-alih memikirkan kamu datang dari latar belakang pendidikan apa, Google justru mencari orang yang paling dibutuhkan oleh perusahaan mereka.

Tunjukkan bahwa kamu serbabisa. via wikimotive.com

“Kami akan memilih pelamar yang memiliki kemampuan kognitif tinggi, rasa ingin tahu yang besar, mau belajar, berjiwa pemimpin, tapi belum memiliki pengetahuan yang memadai, daripada seseorang yang cuma fokus pada satu bidang dan menjadi ahli di bidang tersebut.”


Gelar sarjana hanyalah sebuah sertifikat keahlian. Misalnya, punya gelar di bidang jurnalisme adalah penanda bahwa kamu tahu sedikit-banyak tentang menulis berita dan mewawancarai narasumber. Tapi, itu belum tentu menunjukkan apakah kamu bisa menyajikan ide yang brilian. Belum tentu juga itu menunjukkan kemampuanmu bicara di depan orang banyak. Belum tentu kamu bisa membangun sebuah situs atau berpikir secara antusias terhadap suatu permasalahan.

Lebih lanjut lagi, ijazah sarjana itu belum tentu membuktikan bahwa kamu memang memiliki karakter yang diperlukan perusahaan. Apakah kamu orang yang mau belajar? Apakah kamu orang yang terbuka pada kritik? Apakah kamu luwes dan komunikatif, atau selama ini cuma sukses melalui berbagai tes di bangku kuliah?

3. Kenapa gelar sarjana tak begitu penting bagi Google? Sebab toh gelar sarjana tak serta menjamin kemampuan berpikir logis seseorang.

Berpikir logis dan analitis. via www.thecultden.com

“Secara alami, manusia adalah makhluk yang kreatif, namun bukan makhluk yang logis. Logika dan cara berpikir yang runut adalah dua kemampuan yang harus berusaha dipelajari seseorang.”


Berpikir secara logis tak segampang kelihatannya. Bahkan, orang-orang yang bergulat di bidang komputer dan matematika masih bisa terjebak pada kesesatan logika.

Misalnya, di tahun 2010 Facebook mengklaim bahwa semakin banyak seorang kandidat politik memiliki fans di Facebook pagenya, semakin mungkin dia memenangkan pemilihan umum, Tapi, ini pendapat yang kurang tepat. Mungkin aja calon yang punya banyak fans di Facebook page-nya itu memang sudah terkenal dari dulu. Kandidat politik yang punya fans sedikit di Facebook juga masih mungkin menang kalau konstituennya memang bukan pengguna Facebook yang aktif.

Para karyawan Facebook yang membuat klaim di atas tidak menunjukkan kemampuan berpikir analitis yang baik. Padahal, Facebook adalah salah satu perusahaan Internet multinasional terbesar di Amerika. Seharusnya, yang bekerja disana bukan orang-orang sembarangan, bukan?

Memilah data dan membuat simpulan dari data-data tersebut memerlukan pelatihan teknis yang khusus, demi memahami hubungan sebab-akibat dan mengeksplorasi pola-pola data yang ada. Gelar sarjana saja tak akan cukup memastikan bahwa kamu bisa melakukannya.

4. Google lebih tertarik membentuk orang yang punya daya juang dan kegigihan daripada mereka yang mengantungi nilai sangat memuaskan

Buktikan kegigihanmu. via tgcl.ca

“Hal yang membedakan mahasiswa yang biasa-biasa aja dengan mahasiswa yang sukses itu bukanlah pengetahuan mereka, melainkan kegigihan mereka mengusahakan sesuatu.”


Google lebih tertarik untuk membentuk orang-orang yang punya kegigihan dibandingkan mereka yang cerdas dan punya nilai tinggi tetapi malas. Sementara, kita tidak bisa melihat apakah seseorang itu “sudah pintar dari sananya” atau memang pekerja keras cuma dari gelar sarjana saja. Buat sebagian orang, kuliah itu mudah. Mereka bisa tetap dapat nilai A meskipun sebelum ujian akhir mereka dugem sampai jam 4 pagi. Padahal, yang lain cuma dapat nilai B meskipun sudah susah payah belajar.

5. Google tentu saja tidak menyarankanmu untuk tidak kuliah. Hanya saja gunakan waktu kuliahmu untuk benar-benar menggemblengsoft skill dan mengumpulkan pengalaman

Asah kemampuanmu, jangan cuma berfokus ke satu hal. via www.ccri.edu

“Saya bukannya menyarankan bahwa kamu tidak usah kuliah. Asal, pikirkan juga kenapa kamu harus kuliah, dan apa yang kamu ingin lakukan selepas jadi sarjana.”


Kuliah itu penting, setuju; kalau bisa, memang sebaiknya kamu belajar di perguruan tinggi. Tapi, yang penting itu bukan penguasaanmu terhadap jurusan yang kamu ambil, melainkan keterampilan (termasuk soft skill) serta pengalaman. Tipe kandidat seperti itulah yang lebih dicari oleh Google.

Jadi, IPK yang kurang memuaskan atau gelar sarjana yang belum di tangan sama sekali tak perlu membuatmu berkecil hati. Yang penting, kamu gigih dan punya kemauan untuk belajar. Buat kamu yang kuliah, jangan cuma fokus untuk dapat IPK tinggi doang. Gunakan waktu empat tahunmu untuk mempelajari hal lain di luar kelas, dan dapatkanlah pengalaman baru yang akan membangun karaktermu.